BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Imunologi
adalah ilmu yang mempelajari sistem imunitas tubuh manusia maupun hewan,
merupakan disiplin ilmu yang dalam perkembangannya berakar dari pencegahan dan
pengobatan penyakit infeksi. Sedangkan Serologi ialah ilmu yang mempelajari
reaksi antigen antibody secara invitro. Pemeriksaan
serologik sering dilakukan sebagai upaya menegakkan diagnosis. Walaupun saat
ini pemeriksaan serologik tidak terbatas pada penyakit infeksi, namun untuk
menunjang diagnosis penyakit infeksi memang hal yang sering dilkukan. memungkinkan
dilakukannya pengamatan secara in vitro terhadap perubahan kompleks
antigen-antibodi (Ag-Ab).
ELISA
(Enzyme-linked immunosorbent assay) atau 'penetapan kadar imunosorben
taut-enzim' merupakan uji serologis
yang umum digunakan di berbagai laboratorium imunologi.
Uji ini memiliki beberapa keunggulan seperti teknik pengerjaan yang relatif
sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA
diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall untuk
menganalisis adanya interaksi antigen
dengan antibodi
di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim
sebagai pelapor (reporter label).
Teknik ELISA
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall.
Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam bidang imunologi (ELISA konvensional)
untuk menganalisis interaksi antara antigen dan antibodi di dalam suatu sampel,
dimana interaksi tersebut ditandai dengan menggunakan suatu enzim yang
berfungsi sebagai pelapor/ reporter/ signal. (ELISA) adalah suatu teknik
biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi
kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. ELISA telah digunakan
sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi tumbuhan, dan juga
berbagai bidang industri. Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu
antibodi dengan spesifitas yang lebih tinggi dibandingkan metode imun lainnya.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan membahas tentang ELISA
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah yang dibahas
dalam makala ini adalah :
1.2.1 Apa itu
ELISA?
1.2.2 Bagaimana
Jenis-jenis ELISA ?
1.2.3 Bagaimana
prinsip kerja dari metode ELISA ?
1.2.4 Bagaimana
contoh cara kerja metode ELISA ?
1.2.5 Apa
kelebihan dan kekurangan dari metode ELISA ?
1.3
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari makalah ini adalah :
1.3.1 Untuk
mengetahui pengertian ELISA.
1.3.2 Untuk
mengetahui jenis-jenis ELISA.
1.3.3 Untuk
mengetahui prinsip kerja dari metode ELISA.
1.3.4 Untuk
mengetahui contoh cara kerja dari ELISA.
1.3.5 Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari ELISA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian ELISA
(Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay (ELISA) adalah
suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk
mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. ELISA telah
digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi tumbuhan, dan
juga berbagai bidang industri. Dalam pengertian sederhana, sejumlah antigen
yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu permukaan, kemudian antibodi spesifik
dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga akan berikatan dengan antigennya.
Antibodi ini terikat dengan suatu enzim, dan pada tahap terakhir, ditambahkan
substansi yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal yang dapat dideteksi.
Dalam ELISA fluoresensi, saat cahaya dengan panjang gelombang tertentu
disinarkan pada suatu sampel, kompleks antigen/antibodi akan berfluoresensi
sehingga jumlah antigen pada sampel dapat disimpulkan berdasarkan besarnya
fluoresensi.
Penggunaan
ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas untuk antigen
tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang tidak diketahui diimobilisasi pada
suatu permukaan solid (biasanya berupa lempeng mikrotiter polistirene), baik
yang non-spesifik (melalui penyerapan pada permukaan) atau spesifik (melalui
penangkapan oleh antibodi lain yang spesifik untuk antigen yang sama,
disebut ‘sandwich’ ELISA). Setelah antigen diimobilisasi, antibodi
pendeteksi ditambahkan, membentuk kompleks dengan antigen. Antibodi pendeteksi
dapat berikatan juga dengan enzim, atau dapat dideteksi secara langsung
oleh antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim melalui biokonjugasi. Di
antara tiap tahap, plate harus dicuci dengan larutan deterjen lembut
untuk membuang kelebihan protein atau antibodi yang tidak terikat. Setelah
tahap pencucian terakhir, dalam plate ditambahkan substrat enzimatik
untuk memproduksi sinyal yang visibel, yang menunjukkan kuantitas antigen
dalam sampel. Teknik ELISA yang lama menggunakan substrat kromogenik, meskipun
metode-metode terbaru mengembangkan substrat fluorogenik yang jauh lebih
sensitif .
2.2 Jenis-Jenis Metode ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
Secara umum,
teknik ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teknik ELISA kompetitif yang
menggunakan konjugat antigen-enzim atau konjugat antibodi-enzim, dan teknik
ELISA nonkompetitif yang menggunakan dua antibodi (primer dan sekunder). Pada
teknik ELISA nonkompetitif, antibody kedua (sekunder) akan dikonjugasikan
dengan enzim yang berfungsi sebagai signal. Teknik ELISA nonkompetitif ini
seringkali disebut sebagai teknik ELISA sandwich.
Dewasa ini,
teknik ELISA telah berkembang menjadi berbagia macam jenis teknik. Perkembangan
ini didasari pada tujuan dari dilakukannya uji dengan teknik ELISA tersebut
sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa macam
teknik ELISA yang relatif sering digunakan, antara lain : ELISA Direct, ELISA
Indirect, ELISA Sandwich, dll.
1.
ELISA (Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay) DIRECT
Teknik ELISA
ini merupakan teknik ELISA yang paling sederhana. Teknik ini seringkali
digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen pada sampel ELISA
direct menggunakan suatu antibody spesifik (monoklonal) untuk mendetaksi
keberadaan antigen yang diinginkan pada sampel yang diuji. Pada ELISA direct, pertama microtiter diisi dengan
sampel yang mengandung antigen yang diinginkan, sehingga antigen tersebut dapat
menempel pada bagian dinding-dinding lubang microtiter, kemudian microtiter
dibilas untuk membuang antigen yang tidak menempel pda dinding lubang
microtiter. Lalu antibodi yang telah ditautkan dengan enzim signal dimasukkan
ke dalam lubang-lubang microtiter sehingga dapat berinteraksi dengan antigen
yang diinginkan, yang dilanjutkan dengan membilas microtiter untuk membuang
antibody tertaut enzim signl yang tidak berinteraksi dengan antigen. Lalu, ke
dalam lubang-lubang microtiter tersebut ditambahkan substrat yang dapat
bereaksi dengan enzim signal, sehingga enzim yang tertaut dengan antibodi yang
telah berinteraksi dengan antigen yang diinginkan akan berinteraksi dengan
substrat dan menimbulkan signal dapat dideteksi. Pendeteksian interaksi antara
antibodi dengan antigen tersebut selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan
kolorimetri, chemiluminescent, atau fluorescent end-point.
ELISA direct
memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
a. Immunoreaktifitas antibodi kemungkinan akan berkurang
akibat bertaut dengan enzim.
b. Penautan enzim signal ke setiap antibodi menghabiskan
waktu dan mahal.
c. Tidak memiliki fleksibilitas dalam pemilihan tautan
enzim (label) dari antibodi pada percobaan yang berbeda.
d. Amplifikasi signal hanya sedikit.
e. Larutan yang mengandung antigen yang diinginkan harus
dimurnikan sebelum digunakan untuk uji ELISA direct.
Sedangkan kelebihan dari ELISA direct antara lain :
a. Metodologi yang cepat karena hanya menggunakan 1 jenis
antibody.
b. Kemungkinan terjadinya kegagalan dalam uji ELISA
akibat reaksi silang dengan antibody lain (antibody sekunder) dapat
diminimalisasi.
2. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) INDIRECT
ELISA Indirect
ini pada dasarnya juga merupakan teknik ELISA yang paling sederhana, hanya saja
dalam teknik ELISA indirect yang dideteksi dan diukur konsentrasinya merupakan
antibody. ELISA indirect menggunakan suatu antigen spesifik (monoklonal) serta
antibody sekunder spesifik tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan
antibody yang diinginkan pada sampel yang diuji.
Tahap umum yang
digunakan dalam indirect ELISA untuk mendeterminasi konsentrasi antibodi
dalam serum adalah:
1. Suatu antigen yang sudah dikenal dan diketahui
konsentrasinya ditempelkan pada permukaan lubang plate mikrotiter.
Antigen tersebut akan menempel pada permukaan plastik dengan cara adsorpsi.
Sampel dari konsentrasi antigen yang diketahui ini akan menetapkan kurva
standar yang digunakan untuk mengkalkulasi konsentrasi antigen dari suatu
sampel yang akan diuji.
2. Suatu larutan pekat dari protein non-interacting,
seperti bovine serum albumin (BSA) atau kasein, ditambahkan dalam semua
lubang plate mikrotiter. Tahap ini dikenal sebagai blocking,
karena protein serum memblok adsorpsi non-spesifik dari protein lain ke plate.
3. Lubang plate mikrotiter atau permukaan lain
kemudian dilapisi dengan sampel serum dari antigen yang tidak diketahui,
dilarutkan dalam buffer yang sama dengan yang digunakan untuk antigen standar.
Karena imobilisasi antigen dalam tahap ini terjadi karena adsorpsi
non-spesifik, maka konsentrasi protein total harus sama dengan antigen standar.
4. Plate dicuci, dan antibodi pendeteksi yang spesifik untuk antigen yang diuji
dimasukkan dalam lubang. Antibodi ini hanya akan mengikat antigen
terimobilisasi pada permukaan lubang, bukan pada protein serum yang lain atau
protein yang terbloking.
5. Antibodi sekunder, yang akan mengikat sembarang
antibodi pendeteksi, ditambahkan dalam lubang. Antibodi sekunder ini akan
berkonjugasi menjadi enzim dengan substrat spesifik. Tahap ini bisa dilewati
jika antibodi pendeteksi berkonjugasi dengan enzim.
6. Plate dicuci untuk membuang kelebihan konjugat enzim-antibodi yang tidak
terikat.
7. Dimasukkan substrat yang akan diubah oleh enzim untuk
mendapatkan sinyal kromogenik/ fluorogenik/ elektrokimia.
8. Hasil dikuantifikasi dengan spektrofotometer,
spektrofluorometer atau alat optik/ elektrokimia lainnya.
(Gambar
Mekanisme Indirect ELISA)
Enzim bertindak
sebagai amplifier, bahkan jika hanya sedikit antibodi terikat enzim yang tetap
terikat, molekul enzim akan memproduksi berbagai molekul sinyal. Kerugian utama
dari metode indirect ELISA adalah metode imobilisasi antigennya
non-spesifik, sehingga setiap protein pada sampel akan menempel pada lubang plate
mikrotiter, sehingga konsentrasi analit yang kecil dalam sampel harus
berkompetisi dengan protein serum lain saat pengikatan pada permukaan lubang.
ELISA indirect
memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
a. Membutuhkan waktu pengujian yang relative lebih lama
daripada ELISA direct karena ELISA indirect membutuhkan 2 kali waktu inkubasi
yaitu pada saat terjadi interaksi antara antigen spesifik dengan antibody yang
dinginkan dan antara antibody yang diinginkan dengan antibody sekunder
tertaut enzim signal, sedangkan pada ELISA direct hanya membutuhkan 1 kali
waktu inkubasi yaitu pada saat terjadi interaksi antara antigen yang diinginkan
dengan antibody spesifik tertaut enzim signal.
Sedangkan kelebihan dari ELISA indirect antara lain :
a. Terdapat berbagai macam variasi antibody sekunder yang
terjual secar komersial di pasar.
b. Immunoreaktifitas dari antibody yang diinginkan
(target) tidak terpengaruh oleh penautan enzim signal ke antibody sekunder
karena penautan dilakuka pada wadah berbeda.
c. Tingkat sensitivitas meningkat karena setiap antibody
yag diinginkan memiliki beberapa epitop yang bisa berinteraksi dengan antibody
sekunder.
3.
ELISA (Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay) SANDWICH
Teknik ELISA
jenis ini menggunakan antibody primer spesifik untuk menangkap antigen yang
diinginkan dan antibody sekunder tertaut enzim signal untuk mendeteksi
keberadaan antigen yang diinginkan. Pada dasarnya, prinsip kerja dari ELISA
sandwich mirip dengan ELISA direct, hanya saja pada ELISA sandwich, larutan
antigen yang diinginkan tidak perlu dipurifikasi. Namun, karena antigen yang
diinginkan tersebut harus dapat berinteraksi dengan antibody primer spesifik
dan antibody sekunder spesifik tertaut enzim signal, maka teknik ELISA
sandwich ini cenderung dikhususkan pada antigen memiliki minimal 2 sisi
antigenic (sisi interaksi dengan antibodi) atau antigen yang bersifat
multivalent seperti polisakarida atau protein. Pada ELISA sandwich, antibody
primer seringkali disebut sebagai antibody penangkap, sedangkan antibody
sekunder seringkali disebut sebagai antibody penangkap, sedagkan antibody
sekunder seringkali disebut sebagai antibody deteksi.
Dalam
pengaplikasiannya, ELISA sandwich lebih banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi
keberadaan antigen multivalent yang kadarnya sangat rendah pada suatu larutan
dengan tingkat kontaminasi tinggi. Hal ini disebabkan ELISA sandwich memiliki
tingkat sensitivitas tinggi terhadap antigen yang diinginkan akibat keharusan
dari antigen tersebut untuk berinteraksi dengan kedua antibody.
Tahapan dalam
Sandwich ELISA adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan permukaan untuk mengikatkan antibodi
‘penangkap’
2. Semua non spesifik binding sites pada permukaan
diblokir
3. Sampel berisi antigen dimasukkan dalam plate
4. Plate dicuci untuk membuang kelebihan antigen yang
tidak terikat
5. Antibodi primer ditambahkan, supaya berikatan secara
spesifik dengan antigen
6. Antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim
dimasukkan, yang akan berikatan dengan antibodi primer
7. Plate dicuci, sehingga konjugat antibodi-enzim yang
tidak terikat dapat dibuang.
8. Ditambahkan reagen yang dapat diubah oleh enzim
menjadi sinyal berwarna/ berfluoresensi/ elektrokimia
9. Diukur absorbansinya untuk menetukan kehadiran
dan kuantitas dari antigen
Dalam ELISA
sandwich, terdapat beberapa faktor yng mempengaruhi tingkat sensitivitas dari
hasil pengujian, antara lain :
·
Banyak molekul antibody penangkap yang berhasil menempel pada
dinding-dinding microtiter.
·
Avinitas dari antibody penangkap dan antibody detector terhadap antigen
sebenarnya, teknik ELISA sandwich ini merupakan pengembangan dari teknik ELISA
terdahulu, yaitu ELISA direct.
Kelebihan
teknik ELISA sandwich ini pada dasarnya berada pada tingkat sensitivitasnya
yang relatif lebih tinggi karena antigen yang diinginkan harus dapat
berinteraksi dengan dua jenis antibody, yaitu antibody penangkap dan antibody
detector, kemampuannya menguji sampel yang tidak murni, dan mampu mengikat
secara selektif antigen yang dikehendaki. Tanpa lapisan pertama antibodi
penangkap, semua jenis protein pada sampel (termasuk protein serum) dapat
diserap secara kompetitif oleh permukaan lempeng, menurunkan kuantitas antigen
yang terimobilisasi.
Namun demikian, teknik ELISA sandwich ini juga
memiliki kelemahan, yaitu teknik ini hanya dapat diaplikasikan untuk medeteksi
antigen yang bersifat multivalent serta sulitnya mencari dua jenis antibody
yang dapat berinteraksi antigen yang sama pada sisi antigenic yang berbeda
(epitopnya harus berbeda).
Prinsip kerja
sandwich ELISA dapat dilihat pada skema berikut ini:
4. ELISA (Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay) Biotin Sterptavidin (Jenis
ELISA Modern)
Pada
perkembangan selanjutnya, teknik ELISA sandwich ini juga dikembangkan untuk
mendeteksi antibody dengan tingkat sensitivitas relatif lebih tinggi. Teknik
ini dikenal sebagai teknik ELISA penangkap antibody, dimana prinsip kerjanya
sama dengan ELISA sandwich, hanya saja yang digunakan dalam teknik ini adalah
antigen penangkap dan antigen detector (antigen bertaut enzim signal, bersifat
opsional apabila antibody yang diinginkan tidak bertaut dengan enzim signal).
Contoh dari
aplikasi teknik ini adalah teknik ELISA untuk mendeteksi vitamin biotin yang
bertaut dengan suatu antibody avidin dengan mengubah antibody avidin menjadi
antibody streptavidin, dimana satu molekul streptavidin dapat mengikat empat
molekul biotin (pengembangan dari ELISA indirect), sehingga signal yang
teramplifikasi menjadi semakin kuat akibat interaksi antara biotin dengan enzim
yang menjadi semakin banyak.
5. ELISA (Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay) Multiplex
Teknik ELISA
merupakan pengembangan teknik ELISA yang ditujukan untuk pengujian secara
simultan,sedangkan prinsip dasarnya mirip dengan teknik ELISA terdahulu.
6. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) COMPETITIVE
Teknik ELISA
jenis ini juga merupakan pengembangan teknik ELISA terdahulu.Prinsip dasar dari
teknik ini adalah dengan menambahkan suatu competitor ke dalam lubang
mikrotiter.Teknik ELISA kompetitif ini dapat diaplikasikan untuk mendeteksi
keberadaan antigen atau antibody.
Pada
pendeteksian antigen, pertama mikrotiter diisi antibody spesifik yang
dapat berinteraksi dengan antigen yang diinginkan maupun antigen spesifik
bertaut enzim signal, sehingga antibody spesifik tersebut dapat menempel pada
bagian dinding-dinding lubangmikrotiter. Lalu larutan yang mengandung antigen
spesifik yang telah ditautkan dengan enzim signal dan larutan sampel yang
mengandung antigen yang diinginkan dimasukkan ke dalam lubang-lubang mikrotiter
sehingga terjadi kompetisi antara antigen spesifik bertaut enzim signal dengan
antigen yang diinginkan untuk dapat berinteraksi dengan antibody spesifik yang
dilanjutkan dengan membilas mikrotiter untuk membuang antigen spesifik tertaut
enzim signal atau antigen yang tidak berinteraksi dengan antibody spesifik.
Lalu kedalam
lubang-lubang mikrotiter tersebut ditambahkan substrat yang dapat bereaksi
dengan enzim signal yang tertaut pada antigen spesifik, sehingga enzim yang
tertaut dengan antigen yang telah berinteraksi dengan antibody spesifik akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi. Pada
proses pendeteksian ini, pendeteksian positif ditandai oleh tidak adanya signak
yang ditimbulkan, yang berarti bahwa antigen yang diinginkan telah menang
berkompetisi dengan antigen spesifik tertaut enzim signal dan berinteraksi
dengan antibody spesifik.
Sedangkan pada
pendeteksian antibody, pertama mikrotiter diisi antigen spesifik yang dapat
berinteraksi dengan anti bodi yang diinginkan maupun antibody spesifik tertaut
enzim signal, sehingga antigen spesifik tersebut dapat menempel pada bagian
dinding-dinding mikrotiter, kemudian mikrotiter dibilas untuk membuang antigen
spesifik yang tidak menempel pada dinding-dinding mikrotiter.
Lalu larutan
yang mengandung antibody spesifik yang telah ditautkan dengan enzim signal dan
larutan sampel yang mengandung antibody yang diinginkan dimasukkan ke dalam
lubang-lubang mikrotiter, sehingga terjadi kompetisi antara antibody spesifik
tertaut enzim signal dengan antibody yang diinginkan untuk dapatberinteraksi
dengan antigen spesifik, yang dilanjutkan dengan membilas mikrotiter untuk
membuang antibody spesifik tertaut enzim signal atau antibody yang tidak
berinteraksi dengan antigen spesifik.
Lalu, kedalam
lubang-lubang mikrotiter tersebut ditambahkan substrat yang dapat bereaksi
dengan enzim signal yang tertaut pada antibody spesifik, sehingga enzim yang
tertaut dengan antibody yang telah berinteraksi dengan antigen spesifik akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi. Pada
proses pendeteksian ini, pendeteksian positif juga ditandai oleh tidak adanya
signal yang ditimbulkan, yang berarti antibody yang diinginkan telah menang
berkompetisi dengan antibody spesifik tertaut enzim signal dan berinteraksi
dengan antigen spesifik.
Dalam ELISA
kompetitif, semakin tinggi konsentrasi antigen orisinal, semakin lemah sinyal
yang dihasilkan. Prinsip kerjanya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Kelebihan dari
teknik ELISA kompetitif ini adalah tidak diperlukannya purifikasi terhadap
larutan sampel yang mengandung antibody atau antigen yang diinginkan, tapi
hasil yang diperoleh tetap memiliki tingkat sensitivitas tinggi akibat sifat
spesitifitas dari antibody dan antigen.
Secara singkat
tahapan kerja dalam metode ELISA dapat digambarkan sebagai berikut:
2.3 Prinsip Kerja ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
Prinsip dasar dari
teknik ELISA ini secara simple dapat dijabarkan sebagai berikut :
Pertama antigen
atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu permukaan yang berupa
microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
penempelan secara non spesifik dengan adsorbs ke permukaan microtiter, dan
penempelan secara spesifik dengan menggunakan antibody atau antigen lain yang
bersifat spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji (cara ini digunakan
pada teknik ELISA sandwich). Selanjutnya antibodi atau antigen spesifik yang
telah ditautkan dengan suatu enzim signal (disesuaikan dengan sampel => bila
sampel berupa antigen, maka digunakan antibodi spesifik , sedangkan bila sampel
berupa antibodi, maka digunakan antigen spesifik) dicampurkan ke atas permukaan
tersebut, sehingga dapat terjadi interaksi antara antibodi dengan antigen yang
bersesuaian. Kemudian ke atas permukaan tersebut dicampurkan suatau substrat
yang dapat bereaksi dengan enzim signal. Pada saat substrat tersebut
dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut dengan antibodi atau antigen
spesifik yang berinteraksi dengan antibodi atau antigen sampel akan bereaksi
dengan substrat dan menimbulkan suatu signal yang dapat dideteksi. Pada ELISA
flourescense misalnya, enzim yang tertaut dengan antibodi atau antigen spesifik
akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang berupa pendaran
flourescense.
2.4
Contoh Cara Kerja ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
Berikut ini
adalah contoh langkah kerja beberapa macam teknik ELISA, yaitu:
a. Pendeteksian antibody dengan ELISA indirect:
1. Melapisi mikrotiter plate dengan antigen yang sudah
dimurnikan dengan membiarkan larutan berisi antigen menempel pada dinding/
permukaan selama 30-60 menit.
2. Membilas antigen yang tidak terikat dengan buffer.
3. Melapisi sisi-sisi tertentuyang mungkin tidak spesifik
dilekati oleh antigen dengan protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik
(seperti larutan susu bubuk).
4. Membilas protein yang tidak melekat.
5. Menambahkan sampel serum yang akan dideteksi
antibodinya dan membiarkan antibody spesifik untuk berikatan dengan antigen.
6. Membilas antibody yang tidak terikat.
7. Menambahkan anti-Ig yang akan berikatan pada daerah Fc
pada antibody yang spesifik (sebagai contoh, anti-rantai gamma manusia yang
berikatan dengan IgG manusia). Daerah Fc pada anti-Ig akan berikatan secara
kovalen dengan enzim.
8. Membilas kompleks antibody-enzim yang tidak terikat.
9. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak
berwarna yang terikat ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
10.
Inkubasi sampai muncul warna, dan
11. Ukur dengan spectrometer. Jka semakin pekat warna yang
dideteksi, maka makin besar kadar antibody spesifik dalam sampel.
b. Pendeteksian antigen dengan ELISA sandwich:
1.
Melapisi mikrotiter plate dengan antibodi yang sudah dimurnikandimurnikan
dengan membiarkan larutan berisi antigen menempel pada dinding/ permukaan
selama 30-60 menit.
2. Membilas antibodi yang tidak terikat dengan buffer.
3. Melapisi sisi-sisi tertentuyang mungkin tidak spesifik
dilekati oleh antigen dengan protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik
(seperti larutan susu bubuk).
4. Membilas protein yang tidak melekat.
5. Menambahkan sampel yang akan dideteksi antigennya dan
membiarkan antibodi untuk berikatan dengan antigen spesifik dari sampel.
6. Membilas antigen yang tidak terikat.
7. Menambahkan antibody yang telah terlabeli dengan enzim
dan bersifat spesifik untuk epitope yang berbeda pada antigen sampel, sehingga
terbentuk sandwich.
8. Membilas antibody-enzim yang tidak terikat.
9. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak
berwarna yang terikat ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
10. Inkubasi sampai muncul warna.
11. Ukur dengan spektrofotometer. Jika semakin pekat warna
yang terdeteki, maka makin besar kadarantigen spesifi dalam sampel.
Sebagai Contoh Aplikasi ELISA: Tes Kehamilan Menggunakan Hormon hCG :
Pada hari
kesepuluh setelah sel telur dibuahi oleh sperma pada saluran Tuba fallopi, sel
telur akan bergerak menuju Rahim dan melekat pada dinding Rahim tersebut. Sejak
saat itulah plasenta akan mengalami perkembangan dan hCG mulai diproduksi.
Human Chorionic gonadotropin (hCG) pada dasarnya merupakan hormone glikoprotein
yang diproduksi oleh sel normal trofoblat pada plasenta selama kehamilan yang
dapat ditemukan dalam darah dan air seni.
hCG terdiri
dari 2 subunit polipeptida yang terikat secara nonkovalen dengan berat molekul
total 39 kD. Subunit rantai identic dengan subunit rantai dari hLH
(human Luteinizing Hormone), hFSH (human Follicle Stimulating Hormone) dan hTSH
(human Thyreoidea Stimulating Hormone). Subunit bertanggung jawab pada efek
hormonal molekul hCG. Pengukuran hCG yang sempurna dan keberadaan subunit memberi hasil yang sama pada darah dan urin,
tapi tidak pada subunit . Produksi hormone hCG akan bertambah banyak selama
trimester pertama, dimana level hCG yang sempurna mempunyai rentang dari 20000
mIU/ml sampai 50000 mIU/ml (1 ng = 15 mIU).
Keberadaan hCG
sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama keterlambatan haid, yaitu
kira-kira hari keenam sejak pelekatan janin pada dinding Rahim. Kadar hormone
tersebut akan terus-menerus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan,
terhitung sejak hari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil akan
mengalami penambahan kadar hormone hCG sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari.
Peningkatan
kadar hormone ini biasanya ditandai dengan mual dan pusing yang sering dialami
oleh para ibu hamil. Selanjutnya kadar hCG akan menurun terus secara perlahan,
dan hamper mencapai kadar normal beberapa saat setelah persalinan. Pengetesan
dapat dilakukan pada saat wanita mengalami keterlambatan siklus haid atau
kira-kira 7 hari setalah berhubungan.Sampel yang sigunakan pada umumnya adalah
urin. Biasanya dianjurkan menggunkan air seni yang keluar pertama kali setelah
bangun pagi, karena pada saat tersebut konsentrasi hormone hCG relatif tinggi.
Sebenarnya uji darah pada tes kehamilan yang dilakukan di laboratorium juga
memiliki prinsip kerja yang relatif sama, yait mendekati kadar hCG. Namun, tes
darah mempunyai kelebihan berupa kemampuan untuk mendeteksi usia janin
bertumbuh di dalam Rahim seorang ibu.
Perkiraan
Kadar hCG dalam Darah Kehamilan Trimester kedua
|
||
Perempuan yang tidak hamil dan laki-laki
|
Kurang
dari 5 IU/L
|
|
(international
units per liter)
|
||
IIbu hamil:
|
24-28
hari setelah haid terakhir
|
5-100
IU/L
|
4-5
minggu (1 bulan) setelah haid terakhir
|
50-500
IU/L
|
|
5-6
minggu setelah haid terakhir
|
100-10.000
IU/L
|
|
14-16
minggu (4 bulan) setelah haid terakhir
|
12.000-270.000
IU/L
|
|
kehamilan
trimester ketiga
|
1.000-50.000
IU/L
|
|
Perempuan
pasca menopause
|
Kurang
dari 10 IU/L
|
Keuntungan test kehamilan dengan menggunakan uji kadar
hormone hCG antara lain:
1. Analisa yang hemat dan efektif dengan kualitas tinggi
dan harganya memadai.
2. Efisien dan fleksibel: sampel yang berbeda dapat
dianalisa secara stimulant dengan jumlah cekungan uji yang fleksibel.
3. Spesifik: sepasang antibody mempunyai selektivitas
tinggi secara spesifik berikatan dengan -hCG.
4. Prosedur yang sederhana.
Dalam pengaplikasian teknik ELISA, serum hCG selain
dapat digunakan sebagai test kehamilan untuk mengetahui keberadaan janin dalam Rahim, juga dapat digunakan untuk berbagai uji kehamilan
lainnya, antara lain:
1. Prediksi kehamilan yang multiple/ lebih dari 1.
2. Diagnosis kehamilan yang abnormal.
3. Penentuan fase kehamilan/ masa kehamilan.
4. Diagnosis diferensial pada infertilitas/
ketidaksuburan pada wanita atau pria.
5. Invertigasi lanjut setelah terapi untuk tumor
trofoblastik.
Alat tes hCG
yang menggunakan teknik ELISA tersedia dalam 2 bentuk di pasaran, yaitu:
1. Berupa alat yang digunakan dengan cara memaparkannya
pada aliran urin saat pertama berkemih di pagi hari selama beberapa saat. Jenis
alat ini sangat umum digunakan, karena dijual bebas di apotek, dan penggunaannya
mudah. Berikut ini adalah cara
kerjanya:
a. Pada saat alat tes mulai bekerja, akan muncul garis
pada jedela berbentuk lingkaran (Jendela control).Dimana garis tersebut
merupakan garis konttrol yang menunjukkan bahwa tes bekerja secara benar.
b. Jendela berbentuk persegi akan menunjukkan hasil tes.
Apabila garis muncul pada jendela berbentuk persegi (jendela hasil) maka alat
tes telah mendeteksi adanya hormone hCG dan mununjukkan adanya kehamilan.
c.
Hasil negatif: Munculnya satu garis pada jendela konttrol (berbentuk
lingkaran) menandakan bahwa anda tidak hamil dan tes telah dilakukan dengan
benar.
d. Hasil positif: Muncul 2 garis pada jendela control
(berbentuk lingkaran) dan jendela hasil (berbentuk persegi) menandakan anda
hamil
e. Hasil Tidak Valid: Apabila garis pada jendela control
tidak muncul berarti tes tidak dilakukan dengan benar.
Berupa alat
digunakan dengan cara membubuhi beberapa tetes serum pada mikrotiter. Berikut
ini adalah cara kerjanya:
a. Mengandalkan antibody -hCG yang terimbolisasi
pada media padat yang berikatan dengan -hCG yang bebas dari sampel (urin)
b. Antibodi kelinci anti- -hCG berkonjungsi dengan
horseladish peroxidase (HRP) sebagai larutan konjugasi antibody-enzim.
c. Sampel tes dibiarkan untuk bereaksi simultan dengan
antibody, menghasilkan -hCG antara fase padat denga antibody-enzim.
d. Setelah inkubasi, cekungan dibilas untuk membilas
antibody-enzim yang tidak terikat. Kemudian substrat HRP, TMB, ditambahkan
untuk menghasilkan warna biru.
e. Perkembangan warna dihentikan dengan penambahan stop solution
yang akan mengubah warna kuning.
f. Konsentrasi -hCG secara langsung proporsional terhadap
intensitas warna yang dihasilkan dan diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer.
2.5
Kelebihan dan Kekurangan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
Teknik ELISA
ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
Ø Teknik pengerjaan relatif sederhana
Ø Relatif ekonomis (karena jenis a antibodi yang
digunakan hanya satu saja, sehingga menghemat biaya untuk membeli banyak jenis
antibodi)
Ø Hasil memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi.
Ø Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen
walaupun kadar antigen tersebut sangat rendah (hal ini disebabkan sifat
interaksi antara antibodi atau antigen yang bersifat sangat spesifik)
Ø Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian.
Sedangkan kekurangan dari teknik ELISA antara lain :
Ø Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan
teknik ELISA ini hanya jenis antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali
satu antigen).
Ø Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada
antibodi poliklonal, sehingga pengujian teknik ELISA ini membutuhkan biaya yang
relatif mahal.
Ø Pada beberapa macam teknik ELISA, dapat terjadi
kesalahan pengujian akibat kontrol negatif yang menunjukkan respons positif
yang disebabkan inefektivitas dari larutan blocking sehingga antibodi sekunder
atau antigen asing dapat berinteraksi dengan antibodi bertaut enzim signal dan
menimbulkan signal.
Ø Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung
relatif cepat, sehingga pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada
perkembangannya, hal ini dapat diatasi dengan memberikan larutan untuk
menghentikan reaksi).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ada maka
dapat disimpulkan bahwa :
a. Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
b.
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik biokimia yang terutama
digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau
antigen dalam suatu sampel.
c.
Teknik ELISA
yang relatif sering digunakan, antara lain : ELISA Direct, ELISA Indirect,
ELISA Sandwich, dll.
d.
Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu
permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu penempelan secara non spesifik dengan adsorbs ke permukaan
microtiter, dan penempelan secara spesifik dengan menggunakan antibody atau
antigen lain yang bersifat spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji
(cara ini digunakan pada teknik ELISA sandwich). Selanjutnya antibodi atau
antigen spesifik yang telah ditautkan dengan suatu enzim signal (disesuaikan
dengan sampel => bila sampel berupa antigen, maka digunakan antibodi
spesifik , sedangkan bila sampel berupa antibodi, maka digunakan antigen
spesifik) dicampurkan ke atas permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi
interaksi antara antibodi dengan antigen yang bersesuaian. Kemudian ke atas
permukaan tersebut dicampurkan suatau substrat yang dapat bereaksi dengan enzim
signal. Pada saat substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang
bertaut dengan antibodi atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan antibodi
atau antigen sampel akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu signal
yang dapat dideteksi.
e. Contoh cara kerja metode dapat
dilakukan pemeriksaan pada penentuan kadar HCG dalam urin wanita hamil
f. Tehnik ELISA memiliki kelebihan
dan kekurangan dalam proses pemeriksaannya.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
wawasan terutama bagi penyusun.
DAFTAR PUSTAKA
Brahmana K.
1981. Immunologi, Serologi dan Tata Kerja Laboratorium. Medan.
Suryo. 1996. Genetika.
Departemen P dan K Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.
Arini
Krisna Oktavia. 2012. TES ELISA
Melalui http://pandalikespurple.blogspot.com/2012/04/test-elisa.html Diakses 23 Desember 2014
sangat membantu tugas saya trimkasih
BalasHapusijin copy paste ya mbak..
BalasHapusterima kasih..sangat membantu dalam mengerjakan tugas kuliah saya..
ijin copas ya...tenkyu...sangat bermanfaat...
BalasHapusizin copas
BalasHapusIjin copy kaka trima kshh
BalasHapusPerihal : Penawaran Jasa Import/Export
BalasHapusPerkenalkan kami, PT. JABRAH UDANA LASINDO INDOASIA merupakan perusahaan International Freight Forwarders specialist Import/Export dan segala keperluan yang lainnya.
Product dan Services kami antara lain :
1. Customs Clearence Service
2. Sewa Bendera/ Under Name
3. Door To Door/ Service Dari Negara Asal
4. Trucking
5. Sea Freight
6. Air Freight
7. Transfer EDI/ PIB
8. Borongan ( All-In )
9. Domestic (Ekspedisi)
0. DLL
Adapun daerah operasional perusahaan kami :
1. Bandara Internasional Soekarno-Hatta
2. Pelabuhan Tanjung Priok ( Jakarta )
3. Pelabuhan Tanjung Perak ( Surabaya )
4. Pelabuhan Tanjung Emas ( Semarang )
5. Pelabuhan Belawan ( Medan )
6. DLL.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai tarif atau biaya yang diperlukan untuk pengurusan Import, Expor, Door to Door, trucking dan biaya-biaya service lainnya yang kami sebutkan diatas, silakan menghubungi kami :
Terima kasih.
Best Regards
= RIZKY JULIADI =
PT. JABRAH UDANA LASINDO INDOASIA
Jl. Raya Lenteng Agung No. 49A Jakarta Selatan 12610 Indonesia
Phone : 021- 7780 - 6409 Fax : 021-7780 - 6409
Hp/WA : 0852 7711 8800
E-mail : juliadicargo@yahoo.com / Info.Jabrahudana@yahoo.com / pt.julicargo@gmail.com
Web : www.julicargo.blogspot.com
: www.julicargo.wordpress.com
terimakasih telah membantu,
BalasHapus